Proses pengangkatan pertama dimulai pada Paleogen bawah, pada zaman tersebut terjadi aktivitas persesaran (fault) dan pembentukan rift atau struktur depresi yang memanjang/ paralel dengan struktur regional. Pada zaman Oligo-miosen lapisan ini mengalami penurunan dan sebagian dari bukit barisan sampai di bawah permukaan air laut. Sedimen yang terendapkan terdapat di bagian barat dan timur dari graben tengah yang sifatnya lokal. Pada zaman Oligo-Miosen tersebut di Sumatra Selatan terjadi aktifitas volkanisme yang menghasilkan larva andesit. Pada zaman Miosen tengah terjadi pengangkatan yang besar sehingga membentuk Geantiklin Sumatra. Pada saat itu terjadi blok patahan-patahan yang diikuti aktivitas vulkanisme. Intrusi granodiorit terjadi juga pada zaman miosen tengah. Pada zaman ini tidak terjadi penurunan yang berarti dan terjadi proses pandataran yang cukup lama akibat erosi. Periode Oregenik yang terakhir terjadi pada zaman Plio-Pleistosen yang mengakibatkan pembentukan patahan blok dan peremajaan dari rift. Salah satu zone patahan yang terjadi pada zaman Plio-Pleistosen adalah zone patahan Semangko. Pada zaman Kuarter terjadi kegiatan gunung api dan kegiatan gunung api pada zaman Kuarter tersebut sebagian besar berasosiasi dengan sesar, misalnya bila suatu tempat terjadi sesar akan diikuti bentambahnya gunung api yang baru. Ada juga kegiatan gunung api yang mengakibatkan depresi yang seolah-olah merupakan hasil dari persesaran.
Pegunungan Bukit Barisan dengan beberapa puncaknya yang melebihi 3.000 m di atas permukaan laut, merupakan barisan gunung berapi aktif, berjalan sepanjang sisi barat pulau dari ujung utara ke arah selatan; sehingga membuat dataran di sisi barat pulau relatif sempit dengan pantai yang terjal dan dalam ke arah Samudra Hindia dan dataran di sisi timur pulau yang luas dan landai dengan pantai yang landai dan dangkal ke arah Selat Malaka, Selat Bangka dan Laut China Selatan. Gambaran secara umum keadaan fisiografi pulau Sumatera agak sederhana. Fisiografinya dibentuk oleh rangkaian Pegunungan Barisan di sepanjang sisi baratnya, yang memisahkan pantai barat dan pantai timur. Lerengnya mengarah ke Samudera Indonesia dan pada umumnya curam. Hal ini mengakibatkan jalur pantai barat kebanyakan bergunung-gunung kecuali dua ambang dataran rendah di Sumatera Utara (Melaboh dan Singkel/Singkil) yang lebarnya ±20 km. Sisi timur dari pantai Sumatra ini terdiri dari lapisan tersier yang sangat luas serta berbukit- bukit dan berupa tanah rendah aluvial.
Sumatra sebelah barat tersusun atas endapan batuan tersier yang sangat tebal dan bersifat resistensi terhadap erosi kecil. Singkapan-singkapan batuan yang berumur pretersier di jalur non-vulkanik sangat jarang ditemukan, sedangkan batuan basalt ditemukan secara lokal. Proses pengangkatan yang menghasilkan jalur pegunungan non vulkanik terjadi pada zaman Kuarter.
2. Sumatra sebelah Timur
Pulau Sumatra sebelah timur merupakan bagian dari Dangkalan Sunda terutama yang tersusun atas batuan sedimen Mesosoikum dan Poleisoikum dan pada bagian atasnya terjadi intrusi granit. Seluruh daerah ini telah mengalami pendataran dan kenampakan-kenampakan struktural masih dapat diamati.
3. Sumatra Selatan
Ciri-ciri pegunungan yang tersebar di Sumatra Selatan sebagian besar pegunungan blok dan ditumbuhi oleh gunung api. Ciri dari pegunungan blok lain adalah di bagian tenggara merupakan dataran rendah dan permukaannya agak datar karena base-lavelling yang cukup lama. Sebelah barat merupakan graben tengah yang miring ke arah barat dan bagian timur graben tengah miring ke arah timur. Gunung api yang muncul di pegunungan blok berasosiasi dengan terjadinya proses sesar. Material vulkanik menutup sebagian besar dari bukit barisan terutama sebelah timur graben tengah. Blok bagian timur graben tengah tertutup oleh endapan tuff tua yang cukup luas di sebelah utara Lampung yang dicirikan oleh adanya proses lipatan. Di Sumatra Selatan terdapat lava basalt dan terjadi sesar serta lava riolitik keluar dari blok Selampung. Sumatra Selatan dibagi menjadi empat zone:
Ciri-ciri pegunungan yang tersebar di Sumatra Selatan sebagian besar pegunungan blok dan ditumbuhi oleh gunung api. Ciri dari pegunungan blok lain adalah di bagian tenggara merupakan dataran rendah dan permukaannya agak datar karena base-lavelling yang cukup lama. Sebelah barat merupakan graben tengah yang miring ke arah barat dan bagian timur graben tengah miring ke arah timur. Gunung api yang muncul di pegunungan blok berasosiasi dengan terjadinya proses sesar. Material vulkanik menutup sebagian besar dari bukit barisan terutama sebelah timur graben tengah. Blok bagian timur graben tengah tertutup oleh endapan tuff tua yang cukup luas di sebelah utara Lampung yang dicirikan oleh adanya proses lipatan. Di Sumatra Selatan terdapat lava basalt dan terjadi sesar serta lava riolitik keluar dari blok Selampung. Sumatra Selatan dibagi menjadi empat zone:
4. Sumatra Bagian Tengah
Ciri-ciri:
Mirip Sumatra Selatan Merupakan lanjutan dari blok Bengkulu Sungainya mempunyai perubahan secara mendadak terutama yang mengalir ke barat.
Ciri-ciri:
Mirip Sumatra Selatan Merupakan lanjutan dari blok Bengkulu Sungainya mempunyai perubahan secara mendadak terutama yang mengalir ke barat.
5.
Sumatra Utara Schurmann (1930) menggambarkan bagian Paleogene ke dalam pegunungan Batak Lands, membentuk rangkaian pegunungan Pre-Tersier sampai timur laut. Danau Toba dari geologinya termasuk vulkano tektonik. Kenampakan morfologi Toba lebih muda dari lembah Asahan. Lembah Asahan merupakan aliran tuff dan memotong dekat Porsea oleh Kawah Toba. Pusat patahan blok Toba, setelah run
tuh Kawah Toba mengalami patahan. Kemiringan terus-menerus sepanjang waktu juga dikelilingi blok. Ketinggian maksimum Danau Toba lebar 500 m dan tinggi 1400 m (air danau Toba ). Volume kawah sekitar 1000-2000 cb/km3 dan terisi oleh piroklastik. Depresi Toba telah ada sebelum ledakan. Daerah sekeliling Toba merupakan lereng curam. Aliran ignimbetrstes pada Pre-Tersier dan batuan Neogen menurun ke selatan dengan lereg danau yang terjal antara 1600 m. Timbunan danau lebih muda yaitu terletak di sebelah barat laut Samosir antara Balige dan Poresia. Blok Samosir dan Penisula marupakan timbunan Prapat dan Porosea. Kearah barat dip 5-8 derajat (timbunan pulau Samosir) dan ke arah timur dip 10-15 derajat dengan dasar tuff. Sisi barat merupakan pusat dome dibentuk oleh Pulau Samosir dan ke arah barat oleh Ulukan Penisul.
Sumatra Utara Schurmann (1930) menggambarkan bagian Paleogene ke dalam pegunungan Batak Lands, membentuk rangkaian pegunungan Pre-Tersier sampai timur laut. Danau Toba dari geologinya termasuk vulkano tektonik. Kenampakan morfologi Toba lebih muda dari lembah Asahan. Lembah Asahan merupakan aliran tuff dan memotong dekat Porsea oleh Kawah Toba. Pusat patahan blok Toba, setelah run
B. MORFOLOGI / BENTUK LAHAN PULAU SUMATERA
Pulau Sumatera terletak di bagian barat gugusan Kepulauan Nusantara. Di sebelah utara berbatasan dengan Teluk Benggala, di timur dengan Selat Malaka, di sebelah selatan dengan Selat Sunda, dan di sebelah barat dengan Samudera Hindia. Di sebelah timur pulau, banyak dijumpai rawa yang dialiri oleh sungai-sungai besar, antara lain; Asahan (Sumatera Utara), Kampar, Siak dan Sungai Indragiri (Riau), Batang Hari (Sumatera Barat, Jambi), Ketahun (Bengkulu), Musi, Ogan, Lematang, Komering (Sumatera Selatan), dan Way Sekampung (Lampung). Di bagian barat pulau, terbentang Pegunungan Barisan yang membujur dari utara hingga selatan. Hanya sedikit wilayah dari pulau ini yang cocok digunakan untuk pertanian padi. Sepanjang bukit barisan terdapat gunung-gunung berapi yang hingga saat ini masih aktif, seperti Merapi (Sumatera Barat), Bukit Kaba (Bengkulu), dan Kerinci (Jambi). Pulau Sumatera juga banyak memiliki danau besar, di antaranya Laut Tawar (Aceh), Danau Toba (Sumatera Utara), Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau Diatas, dan Danau Dibawah (Sumatera Barat), dan Danau Ranau (Lampung dan Sumatera Selatan). Luas Pulau Sumatra ± 435.000 km² memanjang dari Barat – Laut ke tenggara dengan panjang 1.650 Km dari UleLhee sampai Tanjung Cina (Djodjo dkk, 1985, 41) lebar pulau di bagian Utara berkisar 100 – 200 Km di bagian Selatan mencapai 350 Km. Pulau Sumatra, berdasarkan luas merupakan pulau terbesar keenam di dunia .
1. Keadaan Geologis
Di Sumatra Selatan: khususnya bagian tengah cekungan yang paling tebalendapannya yaitu Palembang Selatan dan Tengah, tektonik sekunder epidermal Compressive Settling menghasilkan anticlinoria. Dibukit Pendopo dan Pegunungan Duabelas pelipat ini menyebabkanbatuan pratersier nampak di permukaan bumi. Secara fisiografis Cekungan Sumatra Selatan merupakan cekungan Tersier berarah barat laut-tenggara, yang dibatasi Sesar Semangko dan Bukit Barisan di sebelah barat daya, Paparan Sundadi sebelah timur laut, ketinggian Lampung di sebelah tenggara yang memisahkancekungan tersebut dengan Cekungan Sunda, serta Pegunungan Dua Belas dan Pegunungan Tiga Puluh di sebelah barat laut yang memisahkan Cekungan Sumatra Selatan dengan Cekungan Sumatra Tengah.
Blake (1989) menyebutkan bahwa daerah Cekungan Sumatra Selatan merupakan cekungan busur belakang berumur Tersier yang terbentuk sebagai akibat adanya interaksi antara Paparan Sunda (sebagai bagian dari lempeng kontinen Asia) dan lempeng Samudera India. Daerah cekungan ini meliputi daerah seluas 330 x 510 km2, dimana sebelah barat daya dibatasi oleh singkapan Pra-Tersier Bukit Barisan, di sebelah timur oleh Paparan Sunda (Sunda Shield),sebelah barat dibatasi oleh Pegunungan Tiga puluh dan ke arah tenggara dibatasioleh Tinggian Lampung.
Di Sumatra Selatan: khususnya bagian tengah cekungan yang paling tebalendapannya yaitu Palembang Selatan dan Tengah, tektonik sekunder epidermal Compressive Settling menghasilkan anticlinoria. Dibukit Pendopo dan Pegunungan Duabelas pelipat ini menyebabkanbatuan pratersier nampak di permukaan bumi. Secara fisiografis Cekungan Sumatra Selatan merupakan cekungan Tersier berarah barat laut-tenggara, yang dibatasi Sesar Semangko dan Bukit Barisan di sebelah barat daya, Paparan Sundadi sebelah timur laut, ketinggian Lampung di sebelah tenggara yang memisahkancekungan tersebut dengan Cekungan Sunda, serta Pegunungan Dua Belas dan Pegunungan Tiga Puluh di sebelah barat laut yang memisahkan Cekungan Sumatra Selatan dengan Cekungan Sumatra Tengah.
Blake (1989) menyebutkan bahwa daerah Cekungan Sumatra Selatan merupakan cekungan busur belakang berumur Tersier yang terbentuk sebagai akibat adanya interaksi antara Paparan Sunda (sebagai bagian dari lempeng kontinen Asia) dan lempeng Samudera India. Daerah cekungan ini meliputi daerah seluas 330 x 510 km2, dimana sebelah barat daya dibatasi oleh singkapan Pra-Tersier Bukit Barisan, di sebelah timur oleh Paparan Sunda (Sunda Shield),sebelah barat dibatasi oleh Pegunungan Tiga puluh dan ke arah tenggara dibatasioleh Tinggian Lampung.
Menurut Salim et al. (1995), Cekungan Sumatra Selatan terbentuk selamaAwal Tersier (Eosen-Oligosen) ketika rangkaian (seri) graben berkembang sebagai reaksi sistem penunjaman menyudut antara lempeng Samudra India dibawah lempeng Benua Asia.Menurut De Coster, 1974 (dalam Salim, 1995), diperkirakan telah terjadi 3episode orogenesa yang membentuk kerangka struktur daerah Cekungan Sumatra Selatan yaitu orogenesa Mesozoik Tengah, tektonik Kapur Akhir-Tersier Awaldan Orogenesa Plio-Plistosen.Episode pertama, endapan-endapan Paleozoik dan Mesozoik termetamorfosa, terlipat dan terpatahkan menjadi bongkah struktur dan diintrusioleh batolit granit serta telah membentuk pola dasar struktur cekungan.
Akibat pergerakan horisontal ini, orogenesa yang terjadi pada Plio-Plistosen menghasilkan lipatan yang berarah barat laut-tenggara tetapi sesar yang terbentuk berarah timur laut-barat daya dan barat laut-tenggara. Jenis sesar yang terdapat pada cekungan ini adalah sesar naik, sesar mendatar dan sesar normal. Kenampakan struktur yang dominan adalah struktur yang berarah barat laut-tenggara sebagai hasil orogenesa Plio-Plistosen. Dengan demikian pola struktur yang terjadi dapat dibedakan atas pola tua yang berarah utara-selatan dan barat laut-tenggara serta pola muda yang berarah barat laut-tenggara yang sejajar dengan Pulau Sumatra. Sumatera memang di kenal Pulau yang paling rawan gempa bumi. Pergerakan patahan Sumatera ini merupakan manifestasi dari pergerakan lempeng Australia yang menyusup ke dalam lempeng Eurasia dimana sebagian besar energi dari pergerakan lempeng-lempeng tersebut dipindahkan ke pergerakan patahan Sumatera. Pemindahan energi dari lempeng yang bertumbukan tersebut dimaksudkan untuk pengembanganproduksi perikanan. Selain itu Pulau Sumatra memiliki obyek wisata yang tidak kalah menarik dengan daerah lain, baik wisata alam, wisata budaya, maupunwisata sejarah sehmgga wilayah ini juga penting untuk pengembangan di sektor pariwisata.
3. Kondisi Geomorfologis
Gambaran secara umum keadaan fisiografi pulau itu agak sederhana. Fisiografinya dibentuk oleh rangkaian Pegunungan Barisan di sepanjang sisi baratnya, yang memisahkan pantai barat dan pantai timur. Lerengnya mengarah ke Samudera Indonesia dan pada umumnya curam. Hal ini mengakibatkan jalur pantai barat kebanyakan bergunung-gunung kecuali dua ambang dataran rendah diSumatera Utara (Melaboh dan Singkel/Singkil) yang lebarnya ±20 km. Sisi timur dari pantai Sumatra ini terdiri dari lapisan tersier yang sangat luas serta berbukit-bukit dan berupa tanah rendah aluvial. Jalur rendah terdapat di bagian timur. Pada bagian ini banyak mengandungbiji intan tersebar di Aceh yang lebarnya 30 km. Semakin ke arah selatan semakinmelebar dan bertambah hingga 150-200 km yang terdapat di Sumatra Tengah danSumatra Selatan.
Rangkaian Bukit Barisan.Elemen orografis yang utama adalah Bukit Barisan yang panjangnya 1650km dan lebarnya ±100 km ( puncak tertingginya ialah Gunung Kerinci dan Gunung Indrapura 3800 m). Bukit Barisan merupakan rangkaian sejumlah pegunungan yang sejajar atau colisses yang setelah cabang lainnya ke luar dariarah pokok barat laut tenggara, dikatakan bahwa arahnya lebih ke arah timur baratdan merosot (menurun) ke arah tanah rendah di bagian timur. Di antara Sungai Wampu dan Barumun merupakan Pegunungan Barisan yang bercorak empatpersegi panjang (sumbu barat laut tenggara 275 km panjangnya dan 150 kmlebarnya). Puncak ini disebut Batak Tumor. Pada bagian puncak yang mempunyai ketinggian 2000 m (sibutan 2457 m) terdapat kawah besar Toba yang panjangnya 31 km, serta luasnya 2269 km2, sedangkan Danau Toba panjangnya 87 km danluasnya 1776,5 km2 (termasuk Pulau Samosir). Sistem Barisan di Sumatra Tengah terdiri dari beberapa pegunungan blok. Bagian yang paling sempit pada peralihan Batak Tumor (75 m) yang kemudianmelebar menjadi 175 m pada irisan penampang bukit Padang. Perbukitan yangtertinggi terletak di bagian barat daya dengan ketinggian lebih dari 2000 m,kemudian berangsur-angsur semakin rendah ke arah dataran rendah SumatraTimur (Lisun-Kuantan-Lalo 1000 m dan Suligi Lipat Kain ketinggiannya lebihdari 500 m). TOBLER (1971) membedakan elemen-elemen tektonis dan morfologi Sumatra sebagai berikut:
a. Dataran alluvial terbentang di pantai timur.
- Landas Bengkulu. Merupakan kawasan lahan rusak di sebelah barat bukit barisan dan banyak tererosi, serta memiliki lereng yang terjal.
- Deretan pegunungan vulkan muda. Daerahnya sempit dan erosinya tinggi.
- Depresi sub barisan (lembah bongkah semangka). Tidak cocok sebagitempat hidup karena sangat sempit.
- Daerah Basalt Sukadana Lampung. Irigasnya sangat sulit karena tidak terdapat simpanan air.Landaian sebelah timur. Cocok bila dijadikansebagai tempat hidup karena tanahnya datar. Dimanfaatkan sebagai daerahtransmigrasi. Daerah ini berkembang menjadi daerah transmigrasi terluasdi Sumatera.
- Dataran aluvial pantai timur. Merupakan daerah Rawa Payau.2. Zone SemangkaZone ini merupakan suatu corak permukaan yang mencerminkankarakteristik dari Geantiklin Barisan sepanjang pulau itu secara keseluruhan, yangdinamakan jalur depresi- menengah pada puncak yang disebut Semangko RiftZone. Zone Semangko ini terbentang mulai dari teluk semangko di SumateraSelatan dan berkembang lebih jauh ke arah Trog lembah Aceh dengan Kota Rajasebagai ujung utaranya. Di beberapa jalur ini terisi dan tertutup oleh vulkan-vulkan muda.
b. Tanah endapan/ Foreland tersier (peneplain) dengan Pegunungan Tiga Puluh
c. Depresi sub Barisan
d. Barisan depan / fore barisandengan masa lipatan berlebihan (over thrustmasses)
e. Scheifer Barisan dengan lipatan yang hebat dan batuan metamorf.
f. Barisan tinggi/ High Barisan dengan vulkan- vulkan muda.
g.Dataran alluvial terbentang di pantai barat. Berdasarkan kajian perkembangan geologi, Pulau Sumatra dibedakan menjadi: Basin Tersier di Sumatra Timur (a-c) disebut zone I, rangkaian pegunungan berbongkah di sebelah utara Umbilin disebut zone II, Fore barisan merupakan zone III, The Schiefer Barisan (e) tergolong zone IV kecuali zone Schiefer Barisan di sebelah utara Padang, dan High Barisan (f) termasuk zone V.Zone II dan III termasuk unsur luar terletak di sisi timur dari Bukit Barisan. Lengkung geantiklin di Bukit Barisan terangkat pada zaman Pleistosen merupakan zone IV dan V.Elemen-elemen tektonis dan morfologi Sumatra (Verstappen) Dataran pantai barat (pantai abrasi), merupakan daerah yang sempit, bahaya terkena erosi dan abrasi, pantainya berpasir dan tidak cocok untuk dijadikan sebagai permukiman.
- Landas Bengkulu. Merupakan kawasan lahan rusak di sebelah barat bukit barisan dan banyak tererosi, serta memiliki lereng yang terjal.
- Deretan pegunungan vulkan muda. Daerahnya sempit dan erosinya tinggi.
- Depresi sub barisan (lembah bongkah semangka). Tidak cocok sebagitempat hidup karena sangat sempit.
- Daerah Basalt Sukadana Lampung. Irigasnya sangat sulit karena tidak terdapat simpanan air.Landaian sebelah timur. Cocok bila dijadikansebagai tempat hidup karena tanahnya datar. Dimanfaatkan sebagai daerahtransmigrasi. Daerah ini berkembang menjadi daerah transmigrasi terluasdi Sumatera.
- Dataran aluvial pantai timur. Merupakan daerah Rawa Payau.2. Zone SemangkaZone ini merupakan suatu corak permukaan yang mencerminkankarakteristik dari Geantiklin Barisan sepanjang pulau itu secara keseluruhan, yangdinamakan jalur depresi- menengah pada puncak yang disebut Semangko RiftZone. Zone Semangko ini terbentang mulai dari teluk semangko di SumateraSelatan dan berkembang lebih jauh ke arah Trog lembah Aceh dengan Kota Rajasebagai ujung utaranya. Di beberapa jalur ini terisi dan tertutup oleh vulkan-vulkan muda.
3. Arah Struktur Pokok Secara umum arah struktur pokok dari Pulau Sumatra adalah:
Sisi barat Geantiklin Barisan terbentang di sebelah barat jalur Semangkoberada pada setengah Pulau Sumatera di sebelah selatan Padang tepatnya. Sisibaratnya terbentuk oleh blok kerang yang panjang dan miring ke SamuderaHindia, dan disebut Block Bengkulu.
- Gawir sesar sepanjang jalur semangko memisahkan pantai barat dan timur.Disebut juga Bukit Barisan Sensu stricto atau barisan tinggi.
- Ujung selatan bukit barisan adalah daerah Lampung. Di antara Padang dan Padang Sidempuan struktur geantiklinal Bukit Barisan tidak menentu. Geantiklinal block pegunungan yang memanjang di sisi timur, sama dengan daerah di sisi barat sungai subsekuen dan cabang-cabangnya.
Sisi barat Geantiklin Barisan terbentang di sebelah barat jalur Semangkoberada pada setengah Pulau Sumatera di sebelah selatan Padang tepatnya. Sisibaratnya terbentuk oleh blok kerang yang panjang dan miring ke SamuderaHindia, dan disebut Block Bengkulu.
- Gawir sesar sepanjang jalur semangko memisahkan pantai barat dan timur.Disebut juga Bukit Barisan Sensu stricto atau barisan tinggi.
- Ujung selatan bukit barisan adalah daerah Lampung. Di antara Padang dan Padang Sidempuan struktur geantiklinal Bukit Barisan tidak menentu. Geantiklinal block pegunungan yang memanjang di sisi timur, sama dengan daerah di sisi barat sungai subsekuen dan cabang-cabangnya.
- Batak Tumor yang merupakan lanjutan dari Bukit Barisan yang berupa kubah geantiklinal besar yang terpotong oleh jalur Semangko.
- Bukit Barisan di daerah Aceh adalah bagian teruwet pecah menjadi sejumlah pegunungan Block, yaitublock leuser dan pegunungan barat. Kedudukannyasearah sisi barat seperti Block Bengkulu.
- Di sebelah barat bukit Barisan terbentang palung antara sistem pegunungan Sunda yang membentuk cekungan laut antara Sumatera dan rangkaian pulau-pulau di baratnya. Daftar gunung di Sumatra
- Bukit Barisan di daerah Aceh adalah bagian teruwet pecah menjadi sejumlah pegunungan Block, yaitublock leuser dan pegunungan barat. Kedudukannyasearah sisi barat seperti Block Bengkulu.
- Di sebelah barat bukit Barisan terbentang palung antara sistem pegunungan Sunda yang membentuk cekungan laut antara Sumatera dan rangkaian pulau-pulau di baratnya. Daftar gunung di Sumatra
- Gunung Dempo (3159 m)
- Gunung Kerinci (3.805 m)
- Gunung Leuser (3172 m)
- Gunung Marapi (2,891.3 m)
- Gunung Leuser (3172 m)
- Gunung Marapi (2,891.3 m)
- Gunung Perkison (2300 m)
- Gunung Pesagi
- Gunung Pesagi
- Gunung Rajabasa (1281 m)
- Gunung Sekincau (1718 m)
- Gunung Seulawah Agam (1.726 m)
- Gunung Sibayak (2.212 m)
- Gunung Singgalang (2.877 m)
- Gunung Talamau (2,912 m)
- Gunung Tandikat (2438 m)
- Gunung Tanggamus (1162 m)
- Gunung Sekincau (1718 m)
- Gunung Seulawah Agam (1.726 m)
- Gunung Sibayak (2.212 m)
- Gunung Singgalang (2.877 m)
- Gunung Talamau (2,912 m)
- Gunung Tandikat (2438 m)
- Gunung Tanggamus (1162 m)
C. PROSES TERJADINYA PULAU SUMATRA
Pulau Sumatra tersusun atas dua bagian utama, sebelah barat didominasi oleh keberadaan lempeng samudera, sedang sebelah timur didominasi oleh keberadaan lempeng benua. Berdasarkan gaya gravitasi, magnetisme dan seismik ketebalan sekitar 20 kilometer, dan ketebalan lempeng benua sekitar 40 kilometer (Hamilton, 1979).
Sejarah tektoik Pulau Sumatra berhubungan erat dengan dimulainya peristiwa pertumbukan antara lempeng India-Australia dan Asia Tenggara, sekitar 45,6 juta tahun yang lalu, yang mengakibatkan rangkaian perubahan sistematis dari pergerakan relatif lempeng-lempeng disertai dengan perubahan kecepatan relatif antar lempengnya berikut kegiatan ekstrusi yang terjadi padanya. Gerak lempeng India-Australia yang semula mempunyai kecepatan 86 milimeter/tahun menurun menjaedi 40 milimeter/tahun karena terjadi proses tumbukan tersebut. (Char-shin Liu et al, 1983 dalam Natawidjaja, 1994). Setelah itu kecepatan mengalami kenaikan sampai sekitar 76 milimeter/ tahun (Sieh, 1993 dalam Natawidjaja, 1994). Proses tumbukan ini pada akhirnya mengakibatkan terbentuknya banyak sistem sesar sebelah timur India.
Keadaan Pulau Sumatra menunjukkan bahwa kemiringan penunjaman, punggungan busur muka dan cekungan busur muka telah terfragmentasi akibat proses yang terjadi. Kenyataan menunjukkan bahwa adanya transtensi (trans-tension) Paleosoikum Tektonik Sumatra menjadikan tatanan Tektonik Sumatra menunjukkan adanya tiga bagian pola (Sieh, 2000). Bagian selatan terdiri dari lempeng mikro Sumatra, yang terbentuk sejak 2 juta tahun lalu dengan bentuk geometri dan struktur sederhana, bagian tengah cenderung tidak beraturan dan bagian utara yang tidak selaras dengan pola penunjaman.
a) Bagian Selatan Pulau Sumatra memberikan kenampakan pola tektonik:
1. Sesar Sumatra menunjukkan sebuah pola geser kanan en echelon dan terletak pada 100-135 kilometer di atas penunjaman.
2. Lokasi gunung api umumnya sebelah timur-laut atau di dekat sesar.
3. Cekungan busur muka terbentuk sederhana, dengan ke dalaman 1-2 kilometer dan dihancurkan oleh sesar utama.
4. Punggungan busur muka relatif dekat, terdiri dari antiform tunggal dan berbentuk sederhana.
5. Sesar Mentawai dan homoklin, yang dipisahkan oleh punggungan busur muka dan cekungan busur muka relatif utuh.
6. Sudut kemiringan tunjaman relatif seragam.
1. Sesar Sumatra menunjukkan sebuah pola geser kanan en echelon dan terletak pada 100-135 kilometer di atas penunjaman.
2. Lokasi gunung api umumnya sebelah timur-laut atau di dekat sesar.
3. Cekungan busur muka terbentuk sederhana, dengan ke dalaman 1-2 kilometer dan dihancurkan oleh sesar utama.
4. Punggungan busur muka relatif dekat, terdiri dari antiform tunggal dan berbentuk sederhana.
5. Sesar Mentawai dan homoklin, yang dipisahkan oleh punggungan busur muka dan cekungan busur muka relatif utuh.
6. Sudut kemiringan tunjaman relatif seragam.
b) Bagian Utara Pulau Sumatra memberikan kenampakan pola tektonik:
1. Sesar Sumatra berbentuk tidak beraturan, berada pada posisi 125-140 kilometer dari garis penunjaman.
2. Busur vulkanik berada di sebelah utara sesar Sumatra.
3. Kedalaman cekungan busur muka 1-2 kilometer.
4. Punggungan busur muka secara struktural dan kedalamannya sangat beragam.
5. Homoklin di belahan selatan sepanjang beberapa kilometer sama dengan struktur Mentawai yang berada di sebelah selatannya.
6. Sudut kemiringan penunjaman sangat tajam.
1. Sesar Sumatra berbentuk tidak beraturan, berada pada posisi 125-140 kilometer dari garis penunjaman.
2. Busur vulkanik berada di sebelah utara sesar Sumatra.
3. Kedalaman cekungan busur muka 1-2 kilometer.
4. Punggungan busur muka secara struktural dan kedalamannya sangat beragam.
5. Homoklin di belahan selatan sepanjang beberapa kilometer sama dengan struktur Mentawai yang berada di sebelah selatannya.
6. Sudut kemiringan penunjaman sangat tajam.
c) Bagian Tengah Pulau Sumatra memberikan kenampakan tektonik:
1. Sepanjang 350 kilometer potongan dari sesar Sumatra menunjukkan posisi memotong arah penunjaman.
2. Busur vulkanik memotong dengan sesar Sumatra.
3. Topografi cekungan busur muka dangkal, sekitar 0.2-0.6 kilometer, dan terbagi-bagi menjadi berapa blok oleh sesar turun miring.
2. Busur vulkanik memotong dengan sesar Sumatra.
3. Topografi cekungan busur muka dangkal, sekitar 0.2-0.6 kilometer, dan terbagi-bagi menjadi berapa blok oleh sesar turun miring.
4.Busur luar terpecah-pecah. 5. Homoklin yang terletak antara punggungan busur muka dan cekungan busur muka tercabik-cabik.
6. Sudut kemiringan penunjaman beragam.
Sesar Sumatra sangat tersegmentasi. Segmen-segmen sesar sepanjang 1900 kilometer tersebut merupakan upaya mengadopsi tekanan miring antara lempeng Eurasia dan India-Australia dengan arah tumbukan 10°N-7°S. Sedikitnya terdapat 19 bagian dengan panjang masing-masing segmen 60-200 kilometer, Tatanan tektonik regional sangat mempengaruhi perkembangan busur Sunda, di bagian barat, pertemuan subduksi antara lempeng Benua Eurasia dan lempeng Samudra Australia mengkontruksikan Busur Sunda sebagai sistem busur tepi kontinen (epi-continent arc) yang relatif stabil; sementara di sebelah timur pertemuan subduksi antara lempeng samudra Australia dan lempeng-lempeng mikro Tersier mengkontruksikan sistem busur Sunda sebagai busur kepulauan (island arc) kepulauan yang lebih labil.
Perbedaan sudut penunjaman antara Propinsi Jawa dan Propinsi Sumatra Selatan Busur Sunda mendorong pada kesimpulan bahwa batas Busur Sunda yang mewakili sistem busur kepulauan dan busur tepi kontinen terletak di Selat Sunda. Penyimpulan tersebut akan menyisakan pertanyaan, karena pola kenampakan anomali gaya berat menunjukkan bahwa pola struktur Jawa bagian barat yang cenderung lebih sesuai dengan pola Sumatra dibanding dengan pola struktur Jawa bagian Timur. Secara vertikal perkembangan struktur masih menyisakan permasalahan namun jika dilakukan pembangungan dengan struktur cekungan Sumatra Selatan, struktur-struktur di Pulau Sumatra secara vertikal berkembang sebagai struktur bunga.
Berdasarkan teori undasi Seksi Andaman dan Nikobar yang pusat undasinya di Margui menghasilkan penggelombangan emigrasi yang mengarah ke Godwanland, sehingga hal tersebut mempegaruhi pegunungan di Sumatra Utara (Atlas dan Gayao) dimana arah pegunungan timur barat seperti Pegunungan Gayo Tengah berbeda dengan pegunungan pada umumnya di Sumatra yang arahnya barat laut – tenggara. Dengan demikian di Sumatra terjadi pertemuan antar gelombang dengan pusat undasi Margui dan pusat undasi Anambas. Titik pertemuannya adalah di Gunung Lembu, adapun busur dalam hasil penggelombangan dari pusat undasi Margui adalah kepulauan Barren-Narkondam dan busur luar Andaman – Nikobar – Gayo Tengah.
6. Sudut kemiringan penunjaman beragam.
Sesar Sumatra sangat tersegmentasi. Segmen-segmen sesar sepanjang 1900 kilometer tersebut merupakan upaya mengadopsi tekanan miring antara lempeng Eurasia dan India-Australia dengan arah tumbukan 10°N-7°S. Sedikitnya terdapat 19 bagian dengan panjang masing-masing segmen 60-200 kilometer, Tatanan tektonik regional sangat mempengaruhi perkembangan busur Sunda, di bagian barat, pertemuan subduksi antara lempeng Benua Eurasia dan lempeng Samudra Australia mengkontruksikan Busur Sunda sebagai sistem busur tepi kontinen (epi-continent arc) yang relatif stabil; sementara di sebelah timur pertemuan subduksi antara lempeng samudra Australia dan lempeng-lempeng mikro Tersier mengkontruksikan sistem busur Sunda sebagai busur kepulauan (island arc) kepulauan yang lebih labil.
Perbedaan sudut penunjaman antara Propinsi Jawa dan Propinsi Sumatra Selatan Busur Sunda mendorong pada kesimpulan bahwa batas Busur Sunda yang mewakili sistem busur kepulauan dan busur tepi kontinen terletak di Selat Sunda. Penyimpulan tersebut akan menyisakan pertanyaan, karena pola kenampakan anomali gaya berat menunjukkan bahwa pola struktur Jawa bagian barat yang cenderung lebih sesuai dengan pola Sumatra dibanding dengan pola struktur Jawa bagian Timur. Secara vertikal perkembangan struktur masih menyisakan permasalahan namun jika dilakukan pembangungan dengan struktur cekungan Sumatra Selatan, struktur-struktur di Pulau Sumatra secara vertikal berkembang sebagai struktur bunga.
Berdasarkan teori undasi Seksi Andaman dan Nikobar yang pusat undasinya di Margui menghasilkan penggelombangan emigrasi yang mengarah ke Godwanland, sehingga hal tersebut mempegaruhi pegunungan di Sumatra Utara (Atlas dan Gayao) dimana arah pegunungan timur barat seperti Pegunungan Gayo Tengah berbeda dengan pegunungan pada umumnya di Sumatra yang arahnya barat laut – tenggara. Dengan demikian di Sumatra terjadi pertemuan antar gelombang dengan pusat undasi Margui dan pusat undasi Anambas. Titik pertemuannya adalah di Gunung Lembu, adapun busur dalam hasil penggelombangan dari pusat undasi Margui adalah kepulauan Barren-Narkondam dan busur luar Andaman – Nikobar – Gayo Tengah.
Sedangkan Seksi Sumatra dengan pusat undasinya di Anambas, penggelombangan dari pusat undasi Anambas telah berkembang sejak Palaezoikumakhir, Sehingga menghasilkan sisitem Orogene Malaya pada Mesozoikum bawah (Trias, Jura), system Orogene Sumatra pada Mesozoikum atas (Crataceus) dan system orogene Sunda pada priode tersier kuarter yang dimaksud dengan Orogene Malaya adalah busur pegunungan yang terbentuk pada Mesozoikun bawah dengan busur Zone Karimata dan busur luar Daerah Timah.
Yang dimaksud dengan Orogene Sumatra adalah busur pengunungan yang terbentuk pada Mesozoikun atas dengan busur dalam Sumatra Timur dan busur luar Sumatra Barat. Yang dimaksud dengan Orogenesa Sunda adalah busur pengununagn yang terbuntuk periode Tersier-Kuarter dengan busur dalam Bukit Barisan dan busur luar pulau-pulau sebelah barat Sumatra. Bukit Barisan pada Mesozoikum atas masih merupakan Foredeep, memasuki tersier baru mengalami pengangkatan pada priode Tersier pulau-pulau di sebelah barat Sumatra dari Nias sampai Enggano belum ada memasuki periode Kuarter baru mengalami penggkatan membentuk pulau-pulau tadi, sampai sekarang masih mengalami pengakatan secara pelan-pelan.
Dikutip dari berbagai sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar