Minggu, 22 November 2015

PENJELASAN TENTANG PATAHAN YANG ADA DI INDONESIA

Kepulauan Indonesia terletak diantara batas 4 lempeng tektonik besar sehingga merupakan wilayah yang sangat rawan bencana gempabumi. Busur Kepulauan Indonesia terletak pada batas pertemuan empat lempeng tektonik bumi yang sangat aktif, yaitu: lempeng Eurasia, Lempeng India dan Australia, dan Lempeng Pacifik, karena itu merupakan wilayah sangat rawan terhadap bencana gempa-gempa tektonik. Lempeng Lautan Hindia dan Australia bergerak ke Utara sekitar 50 – 70 mm/tahun dan menunjam di bawah Palung laut dalam Sumatra – Jawa sampai ke Barat Pulau Timor di NTT. Kemudian di sepanjang tepian Lempeng Kepulauan dari P. Timor ke arah Timur dan terus memutar ke Utara berlawanan arah jarum jam menuju wilayah perairan Maluku, Lempeng Benua Australia menabrak dengan kecepatan ~ 70 mm/tahun. Jadi di wilayah ini yang terjadi bukan penunjaman lempeng lautan lagi tapi zona tumbukan lempeng benua terhadap lempeng Kepulauan. Di Utara Indonesia Timur, Lempeng Pacific menabrak sisi Utara Pulau Irian dan Pulau-pulau di Utara Maluku dengan kecepatan 120 mm/tahun, dua kali lipat lebih cepat dari kecepatan penunjaman Lempeng di bagian sisi Barat dan Selatan Indonesia. Tekanan dahsyat karena pergerakan dari empat lempeng besar bumi ini menyebabkan interior lempeng bumi dari Kepulauan Indonesia terpecah-pecah menjadi bagian-bagian kecilkerak bumi yang bergerak antara satu terhadap lainnya yang dibatasi oleh patahan-patahan aktif. Kejadian gempabumi besar dan merusak umumnya terjadi pada wilayah di sepanjang pertemuan ke tiga lempeng besar tersebut dan juga pada jalur patahan-patahan aktif yang terbentuk di bagian interior lempeng kepulauan Indonesia. Sebagian sumber gempa bumi tersebut berada di bawah laut sehingga berpotensi tsunami.

Patahan adalah retakan pada kulit bumi dengan dua sisi bergerak berlainan arah serta berpotensi menimbulkan gempa. Para peneliti gempa memperkirakan 60 persen wilayah Indonesia termasuk beberapa kota besar berada di wilayah patahan rawan gempa. Seperti Patahan Lembang membentang dalam bentuk bukit di utara Kota Bandung dengan panjang sekitar 22 kilometer. Bahayanya, kini di atasnya berdiri ribuan bangunan, Atau patahan Semangko, misalnya, memanjang dari Nanggroe Aceh Darussalam hingga Lampung sepanjang 1.650 km. Patahan Opak di Bantul, Yogyakarta, diduga kembali aktif akibat kegiatan Gunung Merapi. Patahan Flores di Nusa Tenggara, Patahan Palu, Gorontalo, dan Matano di Sulawesi. Patahan Tarera Audina di Papua. Patahan Jakarta di sepanjang Ciputat-Kota ternyata sudah tidak aktif. Tapi bisa aktif lagi jika dipicu gempa besar di dekat Jakarta dengan kedalaman yang dangkal.

Tidak semua patahan bisa menimbulkan gempa. Harus ada syaratnya, yaitu patahan itu harus besar dan masih aktif. Di dunia ada 5 kali Gempa berskala 5 SR dalam sehari, tentu saja selama puluhan-jutaan tahun itu, ada milyaran kali gempa diatas skala 5 SR. Jadi gempa sudah sejak dulu karena adanya pergeseran lempengan. Yang dimaksud dengan patahan aktif adalah patahan yang mempunyai sejarah atau indikasi pergerakan dalam kurun 11.000 tahun terakhir(Zaman Holosen). Apabila ada indikasi pergerakan pada waktu yang lebih tua sampai dengan sekitar 1.6 juta tahun lalu (Zaman Kuarter) maka patahan tersebut diklasifikasikan sebagai patahan yang berpotensi aktif.

Dari aspek tenaga tektonik jelas bahwa bagian Indonesia Timur mempunyai potensi ancaman bencana gempa bumi dua kali lipat dibandingkan dengan yang di bagian barat. Namun dari aspek kerentanan, bagian barat Indonesia (Sumatra dan Jawa) lebih rentan terhadap bencana gempabumi karena populasi penduduknya lebih padat dan infrastrukturnya lebih berkembang.
Kutipan dari berbagai sumber. semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar